Rabu, 22 Oktober 2014

Manusia dan Kebudayaan

Batik UKM Indonesia Terancam

Assalamualaikum Wr. Wb.

Batik Papua karya desainer Ramli (Foto: SP/Hendro Situmorang)

Manusia dan kebudayaan merupakan unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya manusia yang menghasilkan kebudayaan, sebab yang pertama kali memanfaatkan kompetensi manusia adalah manusia itu sendiri. Hampir semua tindakan manusia merupakan suatu kebudayaan.

Disamping itu, kebudayaan manusia menciptakan suatu keindahan yang biasa kita sebut dengan seni. Seni dalam kehidupan manusia sangat berperan penting bagi sebagian manusia untuk menciptakan suatu karya.

Salah satu kebudayaan yang bernilai seni tinggi adalah batik. Batik merupakan warisan budaya dunia yang dibuat oleh manusia untuk melestarikan dan memperindah kehidupan budayanya.
Sejak batik Indonesia diakui oleh UNESCO ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi. Batik mulai dikenal masyarakat luas. Namun sayang, semakin maraknya batik di pasar bebas, kini banyak batik buatan luar negeri beredar di Indonesia, khususnya negeri Tiongkok. 

Saat ini bisa dikatakan batik Indonesia berada diposisi tercancam dengan adanya persaingan batik China yang berani menjual dengan harga murah dan corak yang menarik sesuai permintaan pasar. Kain batik buatan China mungkin tidak sebaik kain batik buatan Indonesia, karena kain batik China bersifat panas dan tidak menyerap keringat, berbeda dengan kain batik Indonesia yang terbuat dari katun mori yang lebih nyaman dikenakan.  Namun sebagian masyarakat Indonesia tidak melihat batik dari bahan dasar kainnya, mereka lebih tertarik dengan harga yang ditawarkan dan corak yang tak kalah menarik dengan batik buatan lokal.

Berdasarkan data Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta, belanja batik Indonesia dari China sebesar Rp43 miliar selama tiga bulan terakhir ini. Ketua Umum Hippi DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan hal ini jelas menjadi ancaman besar bagi UKM dan industri di Indonesia.

Bisa kita lihat penjualan batik yang berada di Pasar Tanah Abang atau International Trade Center (ITC) Cempaka Mas yang menyediakan satu blok khusus untuk toko batik. Batik yang dijual tersebut sebagian besar adalah batik buatan China. Batik China dibandrol dengan harga Rp 30.000 sampai Rp 50.000/pcs. Harga tersebut bisa dikatakan tidak terlalu mahal dan terjangkau untuk semua kalangan. Dengan harga yang ditawarkan tersebut, membuat batik buatan luar laku keras di pasaran. Hal ini membuktikan bahwa batik lokal semakin terancam dengan persaingan batik luar.

Diharapkan pemerintah segera membatasi penjualan batik dari luar, agar UKM di Indonesia tetap bisa berjalan dengan baik dan batik Indonesia tetap terlestarikan dan tidak lagi diklaim oleh negara lain seperti kejadian sebelumnya. Masyarakat Indonesia juga sebaiknya merubah pola pikir mereka untuk mencoba batik buatan lokal agar dapat membuktikan bahwa batik buatan lokal tidak kalah bagus dari batik buatan China. Tanamkan dalam diri untuk “Cintai produk-produk Indonesia!”.

Beberapa waktu lalu, pemerintah juga sempat membuat kebijakan “Kamis Batik” untuk seluruh masyarakat Indonesia agar mau mengenakan batik guna menjaga kelestarian budaya batik di Indonesia. Khususnya batik asli buatan Indonesia. Saat itu sekolah saya menerapkan batik bebas setiap Kamis minggu ketiga dan minggu keempat. Menurut saya itu merupakan kebijakan yang sangat baik, selain melestarikan budaya bangsa, dunia pendidikan juga bisa menjadi fasilitator untuk memperkenalkan batik sejak dini kepada para siswa yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa.

Sayangnya, kebijakan pemerintah untuk mengenakan”Kamis Batik” ini belum diterapkan dengan baik di semua kalangan termasuk Perguruan Tinggi dan Perusahaan. Sampai saat ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa batik adalah pakaian yang biasa dikenakan untuk menghadiri acara formal atau undangan pernikahan. Seharusnya kita bisa melihat lebih jauh perkembangan batik di luar sana, kini batik tidak hanya dikenakan oleh orang Indonesia ataupun orang luar yang menghormati Indonesia saat berkunjung ke Tanah Air. Saat ini juga sudah banyak tokoh dunia yang mengenakan batik saat bertandang ke negara lain.

Menurut saya, pengenalan batik kepada masyarakat harus lebih diperluas dalam segala aspek, agar batik tetap menjadi tonggak warisan budaya dunia. Pemerintah juga sebaiknya membuat kebijakan lebih untuk bisa mengenalkan kepada masyarakat bahwa batik tidak hanya merupakan pakaian yang pantas dikenakan saat menghadiri acara formal. Namun pemerintah juga harus memperkenalkan kepada masyarakat bahwa batik saat ini telah menjadi tren mode busana yang sedang marak diperbincangkan.

Semakin berkembangnya tren mode busana dunia, perlahan batik mengikuti arus perkembangan dengan menciptakan inovasi corak dan model yang lebih menarik, sehingga terlihat lebih modis dan elegan.

Menurut saya, saat seperti inilah kesempatan UKM di Indonesia untuk terus mengembangkan inovasi dan kreasi terbaru mengikuti permintaan pasar, agar UKM di Indonesia tidak kalah saing dengan batik buatan luar. Karena seperti yang kita ketahui, kain batik Indonesia lebih berkualitas dibandingkan dengan kain batik buatan luar. Pemerintah juga diharapkan dapat berperan dalam mengembangkan UKM di Indonesia agar UKM di Indonesia dapat mengikuti arus tren mode dunia.

Sekarang saatnya bagaimana kita dapat melestarikan salah satu budaya bangsa dengan mencoba mengenakan batik produksi dalam negeri dan bangga memakai produk Indonesia.

Ada suatu pepatah bijak mengatakan :
“Suatu Negara tidak akan menjadi Negara yang besar jika tidak mengetahui jati diri dari budaya Negara tersebut”.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar