Minggu, 19 Maret 2017

Tugas Etika Bisnis

          Brasil merupakan eksportir daging terbesar di dunia, baik daging sapi maupun unggas. Kualitas daging-daging tersebut tidak perlu diragukan, karena peternakan di Brasil telah menggunakan teknologi modern dengan komputerisasi terhadap hewan ternak sejak lahir hingga siap di ekspor. Sehingga mutu dan kualitasnya dapat dikatakan sangat terjamin. Namun dua tahun terkahir dikabarkan bahwa Brasil telah mengekspor daging-daging tak layak konsumsi ke berbagai belahan dunia. Seperti yang dilansir oleh Aditya Mardiastuti – detikNews.

Skandal Daging Terkuak, Presiden Brasil Gelar Pertemuan Darurat
Ilustrasi Daging/Foto: Hendra Kusuma-detikFinance

Brazil - Presiden Brasil Michel Temer mengadakan pertemuan tingkat menteri darurat. Pertemuan itu untuk membahas transaksi skandal daging merah dan daging unggas yang dijual ke rumah warga dan di luar negeri oleh pemasok terkemuka dunia. 
Dilansir AFP, Minggu (19/3/2017), pertemuan tingkat menteri itu digelar hari ini. Setelah adanya hasil investigasi polisi yang dibuka Jumat (17/3), diketahui ada skema korupsi yang dilakukan belasan inspektur kesehatan yang melakukan suap untuk mensertifikasi makanan tercemar menjadi layak konsumsi. Hal ini telah berlangsung selama dua tahun. 
Isu ini muncul di tengah momen yang sensitif, apalagi Brasil dan beberapa negara Amerika Selatan yang tergabung dalam Kelompok Mercosur sedang menekan perjanjian kerja sama dengan Uni Eropa.  
Temer juga dijadwalkan berbicara via telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, pada Sabtu (18/3). Meski agendanya belum jelas, tahun lalu AS mulai menerima impor daging mentah dari Brasil. 
Otoritas Brasil pada Jumat (17/3) menggerebek belasan daging kemasan, mengeluarkan 27 perintah penangkapan, dan penutupan pabrik multinasional grup BRF yang mengelola ayam olahan dan dua olahan daging. Pabrik itu dioperasikan perusahaan lokal Peccin, demikian kata Menteri Pertanian. Sebagai tambahannya 21 yayasan juga dalam pemeriksaan polisi. Menteri juga memberhentikan 33 pegawai yang terlibat dalam skandal tersebut. 
Otoritas setempat tidak menjelaskan perihal produk tercemar itu. Namun dalam jumpa pers, dijelaskan ada bahan karsinogenik (yang menyebabkan kanker) yang digunakan untuk menyamarkan bau dari daging jelek. Sementara itu selain perusahaan BRF, yang memiliki merek Sadia dan Perdigao, ada pula perusahaan lain yang diinvestigasi. Perusahaan itu adalah JBS, pemilik merek Big Frango, Seara Alimentos, dan Swift. 
Brasil merupakan negara pengekspor daging merah dan daging unggas bagi sedikitnya 150 negara di dunia. Jadi skandal ini sangat diperhatikan oleh otoritas nasional. Sekretaris Eksekutif Kementerian Pertanian Eumar Novacki mengakui adanya kekhawatiran tersebut. Novacki bersikeras jika pelanggaran regulasi tersebut merupakan 'fakta tersembunyi' yang melibatkan 'perilaku minoritas'. 
Dia menggambarkan sistem inspeksi makanan dan proses sertifikasi di Brasil sangat ketat. Novacki juga menyebut jika seluruh ekspor produk Brasil selalui diperiksa saat kedatangannya di negara lain. 
(ams/dnu)

Tanggapan
Berdasarkan berita terlansir dapat disimpulkan bahwa beberapa perusahaan pengelola daging di Brasil telah melanggar etika bisnis. Etika bisnis adalah filsafat moral atau ilmu yang membahas nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas dan etika. Dalam hal ini perusahaan telah melanggar teori-teori etika seperti teori deontologi dan teologi. Pada teori deontologi, perusahaan telah melakukan pelanggaran dalam memenuhi kewajibannya untuk menghasilkan produk berkualitas. Dalam hal ini perusahaan betindak tidak baik dengan menggunakan bahan karsinogenik untuk menyamarkan bau daging yang tercemar. Sedangkan pada teori teologi, perusahaan telah mengabaikan hak konsumen untuk dapat mengkonsumsi makanan yang layak dengan kualitas terjamin. Perusahaan tidak memikirkan lebih jauh dampak yang disebabkan bahan karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.
Pada informasi yang terlansir di www.hidayatullah.com dengan judul “Brazil Ekspor Daging Busuk ke Berbagai Belahan Dunia”, menyatakan bahwa para penyidik menuding sejumlah manajer menyuap inspektor-inspektor kesehatan dan politisi-politisi agar mendapat sertifikat dari pemerintah untuk produk-produk mereka. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka diduga sejumlah manajer dan para inspektor serta politisi ikut berperan dalam melanggar prinsip-prinsip etika bisnis. Dalam hal ini sejumlah manajer telah melanggar prinsip otonomi dengan menyalahgunakan otoritasnya untuk mengambil keputusan yang salah dengan menyuap para inspektor dan politisi guna memenuhi kepentingan pribadinya untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan para inspektor dan politisi telah melanggar prinsip kejujuran, karena mereka telah melakukan tindak korupsi dengan menerima suap untuk menutupi bahan produk olahan yang tercemar. Selain itu, perusahaan juga telah melanggar prinsip integritas moral, karena telah merugikan banyak pihak dalam segala keputusan dan tindakan bisnis yang diambil, baik itu bagi pemerintah, konsumen, maupun negara-negara yang melakukan kerjasama.
Saran
Dalam menanggapi kasus ini sebaiknya pemerintah lebih teliti untuk melakukan pengecekan secara berkala sebelum mensertifikasi kelayakan suatu produk. Selain itu, pemerintah juga harus lebih tegas kepada para pelanggar hukum dengan memberikan sanksi sesuai peraturan pemerintah yang berlaku, baik bagi perusahaan, manajer, maupun inspektor dan politisi. Setelah penyelidikan ini tuntas dan ditemukannya pihak-pihak yang melanggar hukum, maka diharapkan ada tindakan lebih lanjut untuk memberikan sanksi guna mendisiplinkan prinsip otonomi, kejujuran, keadilan, dan integritas moral dalam berbisnis. Diharapkan para pelanggar menerima sanksi yang setimpal dengan tujuan agar para pelaku dapat bertindak lebih baik dan jujur dalam menjalankan bisnisnya ke depan. Serta bagi negara yang menerima impor daging dari Brasil diharapkan lebih selektif dalam mengecek kelayakan produk, guna memenuhi hak perlindungan konsumen pada negara bersangkutan.

Sumber