Batik UKM Indonesia
Terancam
Assalamualaikum Wr. Wb.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Batik Papua karya desainer Ramli (Foto:
SP/Hendro Situmorang)
Manusia dan kebudayaan
merupakan unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya manusia
yang menghasilkan kebudayaan, sebab yang pertama kali memanfaatkan kompetensi
manusia adalah manusia itu sendiri. Hampir semua tindakan manusia merupakan
suatu kebudayaan.
Disamping itu,
kebudayaan manusia menciptakan suatu keindahan yang biasa kita sebut dengan
seni. Seni dalam kehidupan manusia sangat berperan penting bagi sebagian
manusia untuk menciptakan suatu karya.
Salah satu kebudayaan
yang bernilai seni tinggi adalah batik. Batik merupakan warisan budaya dunia
yang dibuat oleh manusia untuk melestarikan dan memperindah kehidupan
budayanya.
Sejak batik Indonesia diakui
oleh UNESCO ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan
Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity)
dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the
Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi. Batik
mulai dikenal masyarakat luas. Namun sayang, semakin maraknya batik di pasar
bebas, kini banyak batik buatan luar negeri beredar di Indonesia, khususnya
negeri Tiongkok.
Saat ini bisa dikatakan
batik Indonesia berada diposisi tercancam dengan adanya persaingan batik China
yang berani menjual dengan harga murah dan corak yang menarik sesuai permintaan
pasar. Kain batik buatan China mungkin tidak sebaik kain batik buatan
Indonesia, karena kain batik China bersifat panas dan tidak menyerap keringat,
berbeda dengan kain batik Indonesia yang terbuat dari katun mori yang lebih
nyaman dikenakan. Namun sebagian
masyarakat Indonesia tidak melihat batik dari bahan dasar kainnya, mereka lebih
tertarik dengan harga yang ditawarkan dan corak yang tak kalah menarik dengan
batik buatan lokal.
Berdasarkan data
Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta, belanja batik
Indonesia dari China sebesar Rp43 miliar selama tiga bulan terakhir ini. Ketua
Umum Hippi DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan hal ini jelas menjadi
ancaman besar bagi UKM dan industri di Indonesia.
Bisa kita lihat
penjualan batik yang berada di Pasar Tanah Abang atau International Trade
Center (ITC) Cempaka Mas yang menyediakan satu blok khusus untuk toko batik.
Batik yang dijual tersebut sebagian besar adalah batik buatan China. Batik
China dibandrol dengan harga Rp 30.000 sampai Rp 50.000/pcs. Harga tersebut
bisa dikatakan tidak terlalu mahal dan terjangkau untuk semua kalangan. Dengan
harga yang ditawarkan tersebut, membuat batik buatan luar laku keras di
pasaran. Hal ini membuktikan bahwa batik lokal semakin terancam dengan
persaingan batik luar.
Diharapkan pemerintah segera
membatasi penjualan batik dari luar, agar UKM di Indonesia tetap bisa berjalan
dengan baik dan batik Indonesia tetap terlestarikan dan tidak lagi diklaim oleh
negara lain seperti kejadian sebelumnya. Masyarakat Indonesia juga sebaiknya
merubah pola pikir mereka untuk mencoba batik buatan lokal agar dapat membuktikan
bahwa batik buatan lokal tidak kalah bagus dari batik buatan China. Tanamkan
dalam diri untuk “Cintai produk-produk Indonesia!”.
Beberapa waktu lalu, pemerintah
juga sempat membuat kebijakan “Kamis Batik” untuk seluruh masyarakat Indonesia
agar mau mengenakan batik guna menjaga kelestarian budaya batik di Indonesia.
Khususnya batik asli buatan Indonesia. Saat itu sekolah saya menerapkan batik
bebas setiap Kamis minggu ketiga dan minggu keempat. Menurut saya itu merupakan
kebijakan yang sangat baik, selain melestarikan budaya bangsa, dunia pendidikan
juga bisa menjadi fasilitator untuk memperkenalkan batik sejak dini kepada para
siswa yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa.
Sayangnya, kebijakan
pemerintah untuk mengenakan”Kamis Batik” ini belum diterapkan dengan baik di
semua kalangan termasuk Perguruan Tinggi dan Perusahaan. Sampai saat ini masih
banyak orang yang beranggapan bahwa batik adalah pakaian yang biasa dikenakan
untuk menghadiri acara formal atau undangan pernikahan. Seharusnya kita bisa
melihat lebih jauh perkembangan batik di luar sana, kini batik tidak hanya
dikenakan oleh orang Indonesia ataupun orang luar yang menghormati Indonesia
saat berkunjung ke Tanah Air. Saat ini juga sudah banyak tokoh dunia yang
mengenakan batik saat bertandang ke negara lain.
Menurut saya,
pengenalan batik kepada masyarakat harus lebih diperluas dalam segala aspek,
agar batik tetap menjadi tonggak warisan budaya dunia. Pemerintah juga sebaiknya
membuat kebijakan lebih untuk bisa mengenalkan kepada masyarakat bahwa batik
tidak hanya merupakan pakaian yang pantas dikenakan saat menghadiri acara
formal. Namun pemerintah juga harus memperkenalkan kepada masyarakat bahwa
batik saat ini telah menjadi tren mode busana yang sedang marak
diperbincangkan.
Semakin berkembangnya
tren mode busana dunia, perlahan batik mengikuti arus perkembangan dengan
menciptakan inovasi corak dan model yang lebih menarik, sehingga terlihat lebih
modis dan elegan.
Menurut saya, saat
seperti inilah kesempatan UKM di Indonesia untuk terus mengembangkan inovasi
dan kreasi terbaru mengikuti permintaan pasar, agar UKM di Indonesia tidak
kalah saing dengan batik buatan luar. Karena seperti yang kita ketahui, kain batik
Indonesia lebih berkualitas dibandingkan dengan kain batik buatan luar. Pemerintah
juga diharapkan dapat berperan dalam mengembangkan UKM di Indonesia agar UKM di
Indonesia dapat mengikuti arus tren mode dunia.
Sekarang saatnya
bagaimana kita dapat melestarikan salah satu budaya bangsa dengan mencoba
mengenakan batik produksi dalam negeri dan bangga memakai produk Indonesia.
Ada suatu pepatah bijak
mengatakan :
“Suatu Negara tidak
akan menjadi Negara yang besar jika tidak mengetahui jati diri dari budaya Negara
tersebut”.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar