Karya sastra adalah
suatu wadah untuk mengungkapkan gagasan, ide dan pikiran dengan
gambaran-gambaran pengalaman. Sastra menyuguhkan pengalaman batin yang dialami
pengarang kepada penikmat karya sastra (masyarakat).
Karya satra yang baik
bukanlah karya yang dibuat dengan waktu yang singkat dan sembarangan, Namun
suatu karya sastra yang baik adalah karya yang dibuat dengan penuh ketelitian,
hasil pengamatan, dan berulang kali menjalani pengeditan atau penyuntingan.
Sehingga menghasilkan suatu karya yang berkualitas dan memilikai nilai sastra
yang kental.
Di samping itu sastra
berfungsi sebagai kontrol sosial yang berisi ungkapan sosial beserta
problematika kehidupan masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Jobrahim, ed,
(1994: 221) bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu
sendiri adalah suatu kenyataan sosial.
Setiap masa atau
periode tentunya memilki cara ataupun pola masing-masing begitupun dengan
perkembangan di dunia sastra. Saat ini para sastrawan dan para seniman kreatif
telah banyak berinovasi, sehingga ruang lingkup sastra semakin meluas. Hal ini
dikarenakan sastra telah dikembangkan dan dikolaborasikan dengan berbagai unsur
lain seperti musik, tarian atau gerakan, teater, dan sebagainya. Sehingga lahir
kesenian-kesenian baru seperti musikalisasi puisi, dramatisasi puisi,
dramatisasi cerpen bahkan tidak jarang film-film yang beredar saat ini dibuat
berdasarkan cerita-cerita yang diangkat dari novel-novel sastra.
Salah satu film yang
mengangkat cerita dari novel adalah film Laskar Pelangi. Film yang tak asing
lagi di telinga masyarakat. Film ini berkisah mengenai kehidupan nyata sepuluh
anak yang tinggal di desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Mereka
bersekolah di SD Muhammadiyah, sekolah yang bisa dibilang sudah tidak layak
lagi digunakan, karena kondisinya yang sudah rapuh. Dengan keadaan sekolah yang
seperti itu dan jumlah siswa yang kurang dari sepuluh atau tidak memenuhi
persyaratan minimal, Departemen Pendidikan Kabupaten Sumatera Selatan hampir
saja ingin menutup sekolah tersebut.
Hari pertama pembukaan
kelas baru menjadi sangat menegangkan bagi kedua guru luar biasa yang bernama
Ibu Muslimah dan Pak Harfan. Hal ini disebabkan hanya sembilan siswa yang
menghadiri upacara tersebut, kurang dari persyaratan yang telah ditentukan.
Kesembilan siswa tersebut adalah Ikal, Lintang, Mahar, Sahara, A Kiong,
Syahdan, Kucai, Borek, dan Trapani.
Namun ketika Pak Harfan
Efendy Noor (Kepala Sekolah SD Muhammadiyah) hendak berpidato, datanglah
seorang Ibu beserta anaknya yang bernama Harun mendaftar di sekolah tersebut.
Semua memancarkan rona kebahagiaan. Sekolah itu pun akhirnya tidak jadi ditutup
sebab sudah memenuhi persyaratan minimal jumlah siswa. Harunlah seorang murid
istimewa dengan keterbelakangan mental yang menyelamatkan sekolah tersebut.
Kemudian Ibu Muslimah memberikan nama Laskar Pelangi untuk kesepuluh siswa
tersebut.
Dari sanalah dimulai
cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak
Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa dimana A Kiong yang malah senyum-senyum
ketika ditanyakan namanya oleh Ibu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh
Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian
ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, hingga
pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya
ke sekolah.
Laskar Pelangi, nama
yang diberikan Ibu Muslimah karena kegemaran mereka terhadap pelangi sempat
mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Contohnya seperti pembalasan
dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesukaannya pada
okultisme yang akhirnya membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus. Dan
kejeniusan Lintang yang luar biasa menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar,
guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, telah membuat Lintang
berhasil memenangkan lomba cerdas cermat.
Laskar Pelangi
mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh
kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik
itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12
tahun kemudian dimana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitung kembali ke
kampungnya.
Andrea Hirata berhasil
mengemas kisah ini dengan sangat apik dan mengesankan bagi setiap penikmat
karya sastra. Menurut saya, novel dan film Laskar Pelangi merupakan salah satu
karya sastra terbaik yang pernah saya nikmati. Hal ini terbukti dengan populernya
karya sastra ini hingga ke Amerika Serikat dan mendapatkan penghargaan penerbit
para pemenang nobel sastra. Hingga Desember 2012 ada 36 negara yang
mempopulerkan Novel Laskar Pelangi ini dan menjadi Best Seller serta diterjemahkan kedalam 18 bahasa.
Sesuatu yang membuat
karya sastra ini semakin berkesan adalah para pemerannya, yaitu tokoh-tokoh asli
Laskar Pelangi dalam kehidupan nyata yang diceritakan dalam novel. Meskipun
mereka bukan artis yang terbiasa dengan sorotan kamera, namun mereka bisa
beradaptasi dengan baik hingga tersampaikan pesan moral yang diperankan dalam
film tersebut. Menurut saya inilah yang membedakan karya sastra Laskar Pelangi
dengan karya sastra lainnya. Hingga membuat saya terkesan dan kagum dengan
penulis dan pemeran yang dikisahkan.
Identitas : Novel Laskar Pelangi
Judul : Laskar
Pelangi
Penulis :
Andrea Hirata
Penerbit : Bentang
Kota Tempat Terbit : Jl. Pandega Padma 19, Yogyakarta
Tahun Terbit : Cetakan III, Juli 2007
Tebal halaman : 533 halaman termasuk juga tentang penulis
Pesan moral yang dapat
saya ambil dari kisah ini adalah sebagai berikut:
- Saya
menjadi termotivasi untuk berusaha lebih keras dalam menggapai apa yang
kita inginkan dan pantang menyerah dalam menjalankan apa yang telah kita
putuskan.
- Saya
menjadi belajar untuk lebih mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh
Allah SWT. Dan belajar bahwa kawan yang baik adalah kawan yang menerima
kita apa adanya bukan ada apanya. Karena persahabatan yang diawali dengan
ketulusan, maka akan menciptakan solidaritas tinggi dan kebersamaan sampai
kapanpun itu.
- Saya
juga belajar menjadi seseorang yang lebih menghargai hidup, tidak melulu
melihat ke atas namun juga melihat ke bawah dan tetap menjalani kehidupan
nyata yang sedang dijalankan, tidak melulu mengkhayal tanpa ada perjuangan.
- Saya
mengingat pesan dari Bapak Kepala Sekolah yang selalu mengatakan berulang-ulang
kepada anak didiknya untuk memberi sebanyak-banyaknya kepada orang lain,
bukan menerima sebanyak-banyaknya dari orang lain.
- Saya
juga mengingat pesan dari Bapak Kepala Sekolah bahwa kecerdasan hati
adalah yang utama. Setiap manusia yang hidup di dunia ini harus memiliki
keteguhan dan keyakinan akan prinsip hidupnya.
- Satu
pesan yang menurut saya, sebagai generasi bangsa hendaknya kita jangan
menginginkan sesuatu secara instan ataupun memperoleh sesuatu dengan cara
yang tidak halal seperti mantra sakti yang dikatakan oleh dukun yang
ditemui Mahar dan teman-temannya untuk bisa memperoleh nilai yang bagus. “Jika nak pandai, ya belajar. Jika nak
sukses, ya usaha”.
Sumber:
http://bravo93.blogspot.com/2009/06/pesan-moral-tersirat-dalam-film-laskar.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar